Akhir September lalu, beberapa lembaga keuangan syariah Indonesia
mendapat penghargaan di Budapest Hungaria untuk bisnis model yang
dikembangkan. Diantaranya adalah bisnis model untuk keuangan mikro
syariah dan bisnis model untuk pembiayaan syariah atas kepemilikan
rumah. Negara-negara Eropa Timur terus mencari bisnis model yang tepat
sesuai dengan kondisi ekonomi mereka.
László Demeter guru besar di Eszterházy Károly College Hongaria dalam penelitiannya the Role of Subventioned Micro Credit in Financing Small and Medium-sized Enterprises in Hungary,
mengungkapkan pentingnya peran pengusaha kecil dan mikro dalam menyerap
tenaga kerja dan menciptakan pertumbuhan ekonomi meskipun mereka tidak
memiliki akses permodalan sebagaimana perusahaan-perusahaan besar.
Kegigihan pengusaha mikro menjadi kesamaan ciri yang ditemukan di banyak
Negara.
Britta Augsburg, Ralph De Haas, Heike Harmgart dan Costas Meghir,
para ekonom di National Bureau of Economic Research AS menulis dalam
penelitian mereka The Impacts of Microcredit: Evidence from Bosnia and Herzegovina.
Tersedianya akses keuangan mikro ternyata meningkatkan jumlah pengusaha
mikro, jumlah omzet dan keuntungan usaha mikro, dan jumlah penyerapan
tenaga kerja. Pada saat yang sama perilaku konsumtif menurun. Namun
secara keseluruhan belum terjadi peningkatan pada pendapatan keluarga.
Ibarat rumput, keberadaan mereka memang tidak sampai memberi keteduhan
namun cukup menyejukkan mata memandang dan sangat efektif menyerap air
hujan.
Bisnis model lembaga keuangan mikro syariah Indonesia dinilai mampu menawarkan akses keuangan dengan dua pendekatan unik yaitu high tech dan high touch.
Penggunaan teknologi dinilai meningkatkan efisiensi pelayanan sehingga
mudah direplikasi secara masif. Sedangkan pendekatan sosial dinilai
mampu secara efektif menekan perilaku curang dan menunggak bayaran.
Bisnis model pembiayaan syariah untuk kepemilikan rumah juga menarik
perhatian mereka. Sándor Bozsik, guru besar Universitas Miskolc
Hongaria menulis dalam penelitiannya “The Efficiency Analysis of Home Lending Market in Hungary”.
Sejak tahun 2000 efisiensi pasar KPR di Hongaria semakin membaik.
Namun paling tidak ada tiga hal yang mendapat perhatian khusus di pasar
KPR mereka yaitu jangka waktu KPR yang relatif pendek sehingga
cicilannya besar, rasio Loan to Value yang rendah sehingga nasabah harus
menyediakan uang muka yang besar, dan tingkat suku bunga yang kerap
berubah.
Bisnis model pembiayaan syariah untuk kepemilikan rumah di Indonesia
dinilai mampu menjawab ketiga hal tersebut. Jangka waktu yang relatif
panjang sehingga cicilan nya ringan, uang muka yang terjangkau dan
marjin murabahah yang memberikan kepastian jumlah cicilan, menjadi
faktor utama penilaiannya. Bisnis model asuransi syariah dan bisnis model reasuransi syariah
juga mendapatkan penghargaan dan diminta memaparkan keunikan bisnis
model mereka.
Mulai dilirik dan diakuinya kiprah industri keuangan syariah
Indonesia di mata dunia merupakan hasil perjalanan panjang. Paling
tidak ada empat pilar penting yang turut serta mengangkat reputasi
Indonesia. Pertama, Indonesia dengan potensi pasar yang sangat besar merupakan laboratorium besar pengembangan keuangan syariah dunia. Kedua, kreatifitas para pelaku industri keuangan syariah. Ketiga, regulator yang mengedepankan kehati-hatian mikro dan kehati-hatian makro. Keempat, otoritas fatwa yang memahami seluk beluk keuangan syariah.
Eropa tertegun ketika al Hasan Ibn al Haytham ribuan tahun yang lalu
menemukan kotak hitam yang dapat memantulkan imaji yang disebutnya al
qamara, yang dalam lidah orang Eropa berbunyi kamera. Teori al qamara
ini yang menjadi dasar ilmu kedokteran mata di kemudian hari.
Eropa tertegun ketika Ibn al Nafis menemukan sistem peredaran darah
manusia, 450 tahun sebelum akhirnya William Harvey menuliskan dalam
bahasa Eropa tentang sistem peredaran darah.
Eropa tertegun ketika Abu al Qassim al Zahrawi menemukan forceps
yaitu alat bantu melahirkan bayi berbentuk pencapit kepala bayi untuk
menarikinya keluar dari rahim. Zahrawi juga menemukan benang dari usus
kucing untuk menjahit luka.
Eropa tertegun ketika pada pedagang Islam menawarkan bentuk kerjasama
syirkah diantara para pemodal yang disebut syari’, yang dalam lidah
orang Eropa disebut share, sharing. Instrumen keuangan sukuk dalam bentuk plural atau sak dalam bentuk singular, yang dalam lidah orang Eropa disebut cheque, check. Daftar ini akan sangat panjang. Mantan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton pun tertegun dalam
kunjungannya ke Indonesia bulan Febrruari 2009. Dia mengatakan “If you want to know if Islam, democracy, modernity and women’s rights can coexist, go to Indonesia.”
Menteri Luar Negeri Itali ketika itu, Franco Frattini dalam sebuah
acara yang digelar oleh Kementerian Luar Negeri Itali dan Komunitas
Sant’ Egidio berbasis di Roma pada March 4, 2009, juga tertegun dengan
kebhinekaan Indonesia. Dia mengatakan “Indonesia embodies the added
value of cultural diversity and can become the bridge between the West
and Islam on the road to world peace.”
Bisnis model yang dikembangkan lembaga keuangan syariah di Indonesia
dinilai dapat lebih mudah diterapkan di Negara-negara yang penduduknya
bukan mayoritas Islam dibandingkan dengan bisnis model lembaga keuangan
syariah di Negara-negara Islam lain. Paling tidak ada empat faktor
utama. Pertama, lembaga keuangan syariah di Indonesia tidak membedakan berdasarkan agama nasabahnya, karyawannya, pemiliknya. Kedua,
lembaga keuangan syariah lebih mengedepankan aspek manfaat daripada
aspek label syariah. Perdebatan fikih diselesaikan di level otoritas
fatwa. Ketiga, lembaga keuangan syariah di Indonesia
tidak mengandalkan keberpihakan khusus dari pemerintah dan perlakuan
khusus dari regulator (government driven growth). Keempat, lembaga keuangan syariah di Indonesia tidak mengandalkan pemodal besar (big corporation driven growth).
Empat faktor utama ini sulit ditemui di Negara-negara yang
penduduknya bukan mayoritas Islam, oleh karenanya bisnis model ini
dinilai dapat menjadi pilihan mengembangkan keuangan syariah di Eropa. Congratulation Indonesia.
Adiwarman A. Karim